Tak seperti Mirror Mirror, kemudian Snow White and the
Huntsman, ada juga Hansel and Gretel : Witch Hunters, film Maleficent ini
justru menjadi satu-satunya film pelintiran dongeng yang bisa nyangkut di
kepala saya. Kenapa begitu?
Alasan utama saya
adalah Angelina Jolie. Aktingnya bisa dibilang tanpa cela. Dengan wajah
tirusnya yang semakin terlihat tirus akibat efek make-up sempurna khas
Hollywood, Jolie seolah menyihir para penonton. Tarikan alisnya ketika
mengawasi si kecil Aurora bermain, wajah marahnya ketika menjejakkan kakinya di
istana untuk memberikan “hadiah” kepada si kecil Aurora. Ini adalah dua dari
sekian banyak ekspresi Maleficent yang dimainkan dengan cerdas oleh Jolie.
Hanya saya merasa perannya sebagai Maleficent yang ceria dan riang tidak begitu
terlihat. Mungkin karena bagian baik dari Ibu Peri ini juga tak terlalu
ditonjolkan.
Alasan kedua saya
begitu menyukai film dongeng ini adalah ceritanya yang menurut saya sungguh
luar biasa. Banyak kejutan-kejutan di dalamnya. Saya yang adalah seorang
penggemar cerita-cerita dongeng macam Sleeping Beauty, Snow White atau
Cinderella bisa dibilang sudah cukup hapal dengan lika-liku ceritanya. Tapi
begitu saya duduk menonton film ini, seketika itu juga buyar semua rumus cerita
dongeng yang selalu saya baca di waktu kecil. Bagaimana tidak,
di buku-buku dongeng, penyihir jahatlah yang mengutuk Putri Aurora supaya dia
tertidur hingga bertahun-tahun lamanya akibat tertusuk jarum pemintal. Sedangkan
film ini bercerita bahwa kutukan itu berasal dari seorang penyihir baik yang
sakit hati kepada ayah sang Putri. Dan ternyata si penyihir inilah yang bernama
Maleficent.