Sudah tiga bulan
terakhir saya menggemari musiknya Maliq n D’essentials. Awalnya cuma demen satu lagu. Itupun lagu mereka yang
bisa dibilang paling mainstream. DIA judulnya. Dari hari ke hari ya cuma satu
lagu itu yang menjadi kesukaan saya. Lagu-lagu yang lain pasti akan saya lewati
ketika ada stasiun radio yang memutarkan.
Tetapi semua itu
berubah ketika saya dan suami tak sengaja mengunjungi sebuah mall baru di
kawasan Serpong. Waktu itu suasana launching masih begitu terasa. Parkiran begitu penuh.
Mobil-mobil masih mengular di luar mall hanya untuk mengantri parkir. Dan
ternyata band-band atau penyanyi-penyanyi pun masih bergantian meramaikan
suasana pembukaan mall. Sungguh suatu hiburan yang menyenangkan untuk saya yang
notabene terlahir sebagai penggemar musik.
Kebetulan di hari
Minggu petang itu, Maliq n D’essentials lah yang akan manggung. Saya yang
awalnya hanya tahu 3 hingga 4 lagu mereka pun ikut terlarut dalam suasana
hangat yang mereka ciptakan. Selama kurang lebih 1.5 jam mereka menyanyikan
lagu-lagu mereka. Begitu mendengarkan beat atau irama yang enak di kuping, saya
pun mulai menggoyang-goyangkan kepala, pinggul, tangan serta kaki. Memang
terasa kurang afdol bagi saya, bila hanya menggerak-gerakkan badan tanpa tahu
dan hafal lirik lagu yang sedang dinyanyikan.
Setelah hari itu,
saya pun mulai memasang telinga ketika ada lagu Maliq diputar di radio. Sialnya
mereka tak terlalu menjual keeksisan di televisi seperti band-band lain yang
rela dijadikan “pemeran pendukung”di sebuah acara musik abal-abal. Alhasil saya
mencari tahu tentang musik mereka melalui radio, pengunduh musik di dunia maya,
dan juga youtube pastinya.
Dari yang hanya
tahu 2-3 lagu milik mereka, saya jadi tahu lebih banyak lagi. Dan semakin saya
mengenal masing-masing personelnya dan tentunya musik mereka, semakin saya
penasaran dan ingin selalu mendengarkan karya-karya mereka.
Bayangkan saja,
sudah belasan tahun mereka berkarya dan sudah enam album mereka telurkan, saya
baru mengenal musik mereka. Tentunya ini mendorong saya untuk mencari
album-album mereka terdahulu di toko-toko musik yang ada di setiap mall yang
saya kunjungi. Sayangnya dari enam album itu, hanya separuhnya yang masih
beredar di pasaran. Dan ketiga album ini adalah tiga album terakhir yang mereka
rilis, yakni The Beginning Of A Beautiful Life, Sriwedari dan Musik Pop. Sebenarnya ada satu album lagi yang benar-benar saya inginkan. Mata
Hati Telinga. Tetapi sepertinya album ini sudah tak lagi beredar di toko-toko.
Dan album favorit saya adalah MUSIK POP.
Mungkin bagi para penggemar Maliq yang telah mengikuti perjalanan karir
mereka sejak awal (tentunya bukan saya), album ini bukan album kesukaan mereka.
Bagi para penyuka tembang Untitled atau Terdiam atau mungkin jg Pilihanku,
lagu-lagu di album Musik Pop terdengar sangat berbeda. Musik Pop
seperti membawa kita ke era 80an. Malah ada beberapa lagu yang diaransemen
bersama seorang musisi lawas, Fariz RM. Jadi bisa dibayangkan musik macam apa
yang sedang mereka mainkan di album ini.
Hampir semua lagu di Album Musik Pop ini sesuai
dengan kuping saya, kecuali
Pintu dan Nirwana. Keunikan dari album ini, hampir semua lagu-lagunya memiliki
judul yang terdiri dari satu kata saja. Entah apa maksudnya mereka menggunakan kata-kata yang tak biasa digunakan sebagai judul lagu, tapi yang jelas
saya sangat sangat menikmati setiap nada dan iramanya.