Translate

23 Jul 2013

Mengenal Seorang Kakek Buyut

Baru saja minggu lalu saya kembali dari liburan yang menyenangkan. Sebenarnya saya tidak ada rencana sama sekali untuk ikut berlibur dengan orang tua saya. Kebetulan saja suami sedang ada dinas ke luar kota selama seminggu, dan saya ingin memanfaatkan waktu yang cukup lama ini untuk bercengkerama dengan keluarga, terutama dengan keponakan saya yang baru berusia 6 bulan.

Kami menghabiskan waktu selama empat hari di Jogjakarta. Ada satu acara keluarga yang tidak boleh dilewatkan selama kami di sini. 
Akan diadakan pemberkatan sebuah patung, yakni patung eyang buyut saya, Eyang Andreas Manase Martoatmodjo. Sungguh ini pertama kalinya saya mengenal sejarah keluarga ibu saya. Selama ini saya hanya samar-samar mendengar kiprah Eyang Andreas ini.

Anda pasti bertanya-tanya siapakah Eyang Andreas ini, sampai-sampai para keturunannya berbondong-bondong datang untuk membuatkan sebuah patung.

Baiklah, saya akan mulai menuturkan perjalanan sejarah singkat ini. 
Eyang Andreas adalah salah satu orang awam yang ikut andil dalam pengembangan agama Katolik di tanah Jawa bersama dengan Romo Fransiscus Gregorius van Lith, SJ. Konon saat itu Romo van Lith dan Eyang Andreas sempat terlibat dalam perdebatan. Saking sengitnya perdebatan ini, mereka berdua saling mempertaruhkan keyakinannya. Eyang yang saat itu memeluk agama Kristen pun akhirnya harus menyerah kalah dan berganti keyakinan menjadi Katolik. Inilah awal mula perkenalan Eyang dengan Romo van Lith dan karya-karya misionarisnya.