Beberapa hari sebelum hari pertama saya mengajar di PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini) Komunitas Menara, berjam-jam saya habiskan waktu di depan komputer
"hanya" untuk mencari tahu materi pelajaran dasar yang bisa saya sampaikan
di hari itu. Dan terbukti bahwa kurikulum pendidikan PAUD ini sepertinya belum
diatur secara terperinci. Atau mungkin memang tidak sedetil itu instansi
terkait membahas materi-materi pengajaran. Entahlah. Saya juga kurang tahu
karena tidak adanya pengalaman saya menjadi pengajar.
Setelah mendapatkan
sedikit pencerahan dari hasil mengubek-ubek internet, saya mulai melakukan
brainstorming materi untuk anak usia tiga hingga enam tahun. Kemudian saya
mulai mencari topik untuk saya ajarkan di hari pertama. Saya berencana untuk
mengajar Bahasa Inggris dasar. Belajar mengenal jenis pekerjaan dalam Bahasa
Inggris. Itulah yang rencananya akan saya ajarkan di hari pertama.
Kenyataan memang tidak selalu seindah bayangan. Setelah
melakukan sedikit perkenalan dengan para siswa di hari pertama itu, saya mulai mengajukan
pertanyaan seperti, "Ada yang tahu tidak jenis-jenis pekerjaan di sekitar kita?" Semua
anak berebut ingin menjawab. "Apa yang petani kerjakan?". Seperti itulah kira-kira sesi tanya
jawab kami. Setelah itu saya pun mulai menerjemahkan profesi yang kami bahas
tersebut ke dalam Bahasa Inggris. Melafalkan, kemudian menuliskannya di papan
tulis. Begitu seterusnya hingga profesi yang keempat. Dan anak-anak ini sudah
mulai kehilangan konsentrasinya. Beberapa asyik ngobrol, ada juga yang sibuk
menjahili temannya.
Saya sudah hampir kehilangan semangat ketika salah satu
guru, Pak Sinwani, mulai mengambil alih tempat saya. Beliau ini kemudian mengulang kata-kata
yang saya sudah tulis dalam Bahasa Inggris untuk anak-anak tirukan. Setelah itu,
sebagian dari mereka diminta maju ke depan untuk berpura-pura menjadi guru dan melafalkan
kata-kata tadi persis seperti apa yang telah Pak Sinwani lakukan sebelumnya.
Sungguh di luar dugaan saya. Mengajar anak-anak usia dini
ini bisa menjadi sesuatu yang teramat menantang karena saya baru sadar bahwa kemampuan
mereka untuk memusatkan perhatian pada satu hal -yang menurut mereka bisa jadi
membosankan- belum sebaik anak-anak yang berumur sepuluh tahun, misalnya.
Seorang guru belum bisa dikatakan sebagai pendidik sejati apabila dia belum pernah merasakan betapa sulitnya -dan menyenangkannya- mengajar anak-anak berusia dini ini, begitu kata Pak Sinwani. Dan memang begitulah yang saya rasakan di hari pertama itu. Kesal karena saya belum bisa menjadi "pusat perhatian" anak-anak itu. Tetapi di sisi yang berbeda, saya juga menikmati setiap detiknya. Melihat derai tawa mereka, bagaimana senangnya mereka bertemu dengan teman-temannya setelah libur di akhir minggu.
Ah.. memang sungguh menarik dunia yang baru saya kenal ini.
Masih banyak waktu untuk saya belajar menjadi pendidik yang
baik. Dan saya yakin dengan dukungan para guru di PAUD Komunitas Menara ini, saya akan
mendapat banyak sekali masukan yang berharga. Bahkan di hari pertama saya
memberanikan diri untuk mengajar, saya telah banyak mendapatkan pelajaran yang tak ternilai. Untuk
memenangkan perhatian anak-anak ini, situasi belajar sebaiknya dibuat semenarik
mungkin. Bila kebosanan sudah tampak menyelinap di sela-sela waktu belajar, guru harus bisa menetralisir
kejenuhan itu dengan mengajak anak-anak bernyanyi, misalnya. Dengan begitu
situasi belajar-sambil-bermain pun tidak hilang dan anak-anak dapat kembali
mengikuti pelajaran dengan baik.
No comments:
Post a Comment