Translate

14 Mar 2013

50/50 The Movie

Faktor utama gw nonton film ini karena ada Joseph Gordon-Levitt di dalemnya. Sejak gw nonton dia di 10 Things I Hate About You -jaman gw (SMP/SMA??). Waktu itu dia main di film ini sama Alm.Heath Ledger. Emang sih waktu itu dia ga jadi pemeran utamanya, tapi dari situ gw jadi ngefans sama dia dan Heath Ledger. Hanya saja karir Heath jauh lebih cemerlang bila dibandingkan dengan Joseph yang tidak banyak terdengar karir beraktingnya. Sayang sekali Heath meninggal di usia yang terlalu muda, di saat karirnya sedang di puncak.

Dan seperti ada yang mengatur, Joseph Gordon-Levitt ini tiba-tiba muncul kembali ke permukaan, lewat filmnya yang berjudul (500) Days of Summer. Setelah itu dia mulai banyak mendapatkan tawaran bermain di film-film box office seperti Inception, The Dark Knight Rises. Tampaknya sutradara dari kedua film ini, Christopher Nolan, jatuh cinta dengan kemampuan Joseph. Namun, Joseph belum mendapat peran utama di film-film tersebut. Dia baru mendapat tempat pertama di film-film berikutnya, seperti Looper, Premium Rush dan yang akan saya bahas setelah ini : 50/50

Di film yang terinspirasi dari kisah nyata ini, Joseph memerankan seorang pria pengidap kanker yang tergolong langka-schwannoma neurofibrosarcoma. Hidupnya serta merta berubah 180 derajat setelah ia divonis mengidap kanker di tulang belakangnya itu. Perbedaan yang begitu menonjol adalah tingkah laku orang-orang di sekelilingnya. Mulai dari sahabat dekatnya-Kyle, kekasih-Rachael sampai orang tuanya- dalam hal ini ibunya. 

Kyle yang telah Adam anggap sebagai sahabat terbaiknya, ternyata sering memanfaatkan keadaan Adam untuk mendapatkan perhatian dan merayu wanita. Kekasihnya-Rachael yang sebenarnya tidak pernah mencintainya dengan tulus, dan kisah "cinta" mereka pun berakhir dengan perselingkuhan Rachael. Ibunya yang bisa dibilang nyentrik juga langsung panik melihat kondisi anaknya. Dia memaksa untuk tinggal di rumah Adam, untuk merawat dan mengantarkannya ke rumah sakit secara rutin. Tetapi Adam menolaknya secara halus karena Rachael telah berjanji untuk merawat Adam. Selain itu, sang ibu harus merawat ayah Adam yang menderita Alzheimer.   
Ada satu scene di mana ibu Adam menelepon dan menawarkan untuk membawakan macarroni and cheese. Ironisnya, seketika itu Adam pun menolak tawaran ibunya dan berkata bahwa dia tidak menyukai macarroni and cheese sejak dia berumur sepuluh tahun. Dan sejak itu pulalah dia berhenti makan macarroni and cheese. Geez.. how awkward it is, if you were a mother who totally forgot what your flesh and blood had not eaten for years.

Di lain sisi, Adam Learner- peran Joseph di 50/50 ini-seperti menemukan teman-teman baru yang lebih tulus kepadanya. Ada Alan dan Mitch, yang Adam jumpai saat melakukan rutinitas kemoterapi. Entah karena merasa senasib atau apalah itu namanya, mereka bertiga menjadi dekat, meskipun terbentang perbedaan usia yang cukup jauh antara Adam dan kedua temannya itu.

Bagian film yang gw inget adalah ketika Adam selesai melakukan sesi kemo-nya bersama teman-temannya. Waktu itu Mitch membawa sekotak makanan untuk dibagikan kepada kawan-kawan kemo-nya, sambil berkata bahwa istrinya lah yang memasak itu. Sungguh manis membayangkan seorang istri yang mampu bertahan berdiri di samping seorang suami yang sedang berjuang hidup. Biarpun dia tidak secara fisik hadir di saat sang suami sedang menjalani kemoterapi, tetapi dia selalu ada untuk Mitch. Menyiapkan bekal makannya untuk dibawa saat sesi kemoterapi, menemani Mitch duduk minum teh di sore hari. Hal-hal kecil inilah yang dirasa Adam tidak pernah dia nikmati. Bersama Rachael dia tidak pernah mendapatkan satu kehangatan cinta. Rachael selalu sibuk di kantor, pulang ketika Adam sudah tertidur pulas. Ibu dan sahabatnya yang seakan terpaksa "mendekatkan" dirinya untuk menghibur Adam. Hanya kepada Alan dan Mitch lah, Adam merasa seperti bagian dari sebuah keluarga utuh.

Salah satu adegan favorite gw terjadi setelah bagian ini, dimana Adam keluar menyusuri lorong rumah sakit. Dia sempat melewati sebuah poster di dinding rumah sakit yang bertuliskan
                       
                "Families facing cancer together"

Suatu ironi kehidupan yang saat itu sedang dialami Adam. Satu-satunya keluarga yang menemaninya menghadapi kengerian kanker, hanyalah teman-temannya di ruang kemoterapi. Dia juga melewati sebuah jenazah, yang sedang didorong masuk menuju kamar jenazah. Mulai dari slogan "Families facing cancer together" hingga tawa Adam ketika melewati brankar jenazah itu lah yang gw anggap sebagai humor gelap. Dan label yang paling cocok disematkan pada film ini adalah DARK COMEDY. Tawa getir dan bukanlah tawa ceria yang kita dapatkan ketika menonton 50/50 ini.

Secara keseluruhan, film ini gw anggap cukup menyegarkan. Cerita-cerita sederhana yang cukup menyentil. Meskipun tidak semua orang akan bisa merasakan apa yang Adam rasakan.
Tetapi lewat akting cerdas Joseph Gordon Levitt, kita seperti masuk ke dalam karakter Adam yang pasrah dan kesepian.

And thanks to the kind story writer for a happy-ending approach in this movie. Adam finally meets his true love, who is quite predictable if a chick-flick is your thing ;) That beautiful-and-lovely girl is Adam's therapist.

I'm sure you'll find this movie quite enjoyable. I myself enjoyed the theme songs, ranging from BeeGees' To Love Somebody to Radiohead's High and Dry.
 
The romance level is just right, not too cheesy and tearjerky. To some, 50/50 may be a little boring, considering no real climax involved in the middle of the movie. But to me, 50/50 is one movie to be watched over and over again :)

No comments:

Post a Comment