Entah mengapa tiba-tiba saya gemar sekali berkunjung ke bagian buku anak-anak setiap kali masuk ke toko buku. Mungkin karena sudah beberapa bulan terakhir saya aktif menjadi guru PAUD. Kebetulan beberapa minggu lalu, tema belajar kami adalah : BINATANG. Dan ketika saya tak sengaja melihat beberapa buku anak-anak yang tertumpuk rapi di rak depan, pandangan mata saya tertumbuk pada satu buku yang berjudul : 10 DONGENG SATWA. Buku ini termasuk salah satu seri “Dongeng 4 in 1”, terbitan Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia). Pikiran saya langsung melayang, membayangkan bagaimana cerianya anak-anak ketika melihat dan mendengar gambar-gambar dan cerita di dalam buku ini. Bagaimana tidak? Cerita binatang yang ada di dongeng ini begitu menarik, ilustrasinya pun berdaya imajinasi yang cukup tinggi dengan warna-warna terang yang makin membuatnya tampak hidup.
Kesemua buku anak-anak yang saya
beli tersebut itu adalah buku-buku terjemahan. Jujur saja, setiap kali saya
ingin membeli buku anak, concern saya
yang pertama adalah apakah itu buku terjemahan. Kemudian, bila iya, saya pasti
akan langsung membaca ceritanya. Saya akan cek apakah tata bahasanya sudah baik
dan enak untuk dibacakan ke anak kecil. Bahasa Indonesia yang tak kaku akan
sangat mudah dicerna, baik oleh anak kecil maupun orang dewasa. Menurut saya
pribadi, cerita anak-anak yang penuh imajinasi dan beralur menarik kebanyakan
ditulis oleh pengarang luar. Mereka juga cenderung melengkapi cerita mereka
dengan ilustrasi-ilustrasi berwarna-warni. They
seem to know how to engage children’s attention.
Jadi di dalam buku Dongeng Satwa cetakan sebuah penerbit Perancis ini ada
sepuluh cerita binatang yang ditulis oleh enam pengarang yang berbeda.
Ilustrasinya bahkan diciptakan oleh sepuluh ilustrator yang berbeda-beda.
Mungkin inilah yang membedakan buku dongeng buatan luar dengan buatan negeri
sendiri. Di sana satu buku kumpulan dongeng bisa dibuat oleh pengarang dan
ilustrator yang berbeda-beda. Jadi cara penyampaian dan penuangan cerita ke
dalam gambar pun berbeda-beda. Semakin “berwarna” suatu buku, semakin menarik
pula untuk para pembacanya yang mayoritas adalah anak-anak dengan rasa
penasaran yang tinggi.
Ada cerita tentang Zarafa, si jerapah yang tidak disenangi kawan-kawannya
karena kesombongannya. Ada si Galajam, serigala kejam yang berniat jahat untuk
memakan anak babi tetapi akhirnya mendapatkan pelajaran yang berharga dari
penduduk hutan lainnya. Menarik bukan, bagaimana para tokoh di setiap cerita
dinamai. Racil untuk si kera kecil,
Matul untuk si macan tutul, Pay untuk si tupai dan Baba untuk si babi
hutan. Hal ini semata-mata diciptakan
agar anak-anak lebih mudah mengingat nama-namanya.
Seperti yang sudah saya sebutkan di awal tulisan, buku ini termasuk dalam seri Dongeng 4 in 1. Jadi, selain cerita tentang binatang, buku ini juga memiliki tiga bagian lain, yakni: sajak, kuis dan hasta karya. Sajak ini dimaksudkan untuk melatih kemampuan berbahasa anak.
Kuis dibuat untuk menguji wawasan si anak sehingga kemampuan kognitifnya pun bisa terasah.
Sedangkan bagian hasta karya diharapkan bisa melatih saraf motorik halus si anak.
Menurut saya, buku-buku seperti inilah yang layak untuk dibeli orang tua ketika anaknya menginjak usia pra-sekolah.
Aku punya dan memang bagus untuk anak usia pra sekolah 😊
ReplyDeleteIya, Mba. Itu ada macem2 ya serinya. Bagus2 memang buku anak jaman sekarang.
Delete