Translate

10 Sept 2015

Wisuda PAUD Komunitas Menara

Saat-saat yang paling menggembirakan ketika kita duduk di bangku sekolah menurut saya adalah saat kenaikan kelas. Entah itu karena kita merasa sudah siap untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi karena kita (merasa) sudah lebih pandai dari ketika awal masuk atau mungkin karena libur panjang yang sudah menjadi hak kita setelah kita menghadapi berbagai macam ulangan. Mungkin ada pembaca blog saya yang tak paham apa itu “ulangan”. Ulangan itu adalah semacam tes kecil untuk berbagai macam mata pelajaran yang diadakan secara mingguan atau bulanan untuk menguji seberapa baik murid menguasai suatu bab pelajaran tertentu. 

Nah, untuk kami para guru PAUD Komunitas Menara, saat-saat kenaikan kelas seperti ini, kami bisa dipastikan sangat sibuk mempersiapkan acara wisuda. Kalau saja rundown acaranya hanya dipenuhi dengan sambutan-sambutan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan acara wisuda serta foto-foto, mungkin kami tak akan jadi sesibuk ini. Sebenarnya, apapun yang kami lakukan bersama anak-anak ketika wisuda tiba semata-mata hanya untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka dan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa anak-anak yang hidup dalam keterbatasan juga dapat berprestasi sama baiknya seperti anak-anak yang hidupnya lebih beruntung dari mereka.

Dan sejujurnya, PAUD kami angkatan yang sekarang jauh lebih mudah untuk diajak bekerjasama. Mayoritas mereka lebih cerdas dan mudah diatur daripada angkatan yang kemarin. Hanya ada beberapa anak  yang susah untuk berkonsentrasi. Sehingga khusus anak-anak “istimewa” ini, kami belum memberikan kepercayaan untuk tampil di panggung selain ikut terlibat dalam paduan suara.

Setelah penampilan bersama dalam paduan suara,  ada tiga penampilan lagi yang dipersembahkan oleh anak-anak kami, yaitu pantomim, tarian daerah dan fashion show. Ceria benar anak-anak ini saat berlatih. Khusus untuk para penampil pantomim,  bapak kepala sekolah lah yang langsung turun tangan. Sungguh kebetulan kami memiliki beliau yang ternyata ketika bersekolah dulu, sempat mengikuti ekstra kurikuler pantomim. Sedangkan kami, para ibu guru ini, tak punya pengalaman atau dasar seni gerak pantomim sama sekali. 

Untuk tarian daerah, saya dan salah satu ibu guru yang mempersiapkan musik, gerakan serta kostumnya. Terus terang saja, saya adalah orang yang sangat sangat tidak kreatif. Apalagi dalam urusan membuat kostum tari. Tapi lagi-lagi, berkat kemurahan Tuhan, partner saya mengajar ini memiliki banyak pengalaman dari ketika beliau bersekolah di SMA tentang bagaimana mengatur jalannya sebuah acara terlebih tentang bagaimana berkreasi membuat kostum sendiri (bukannya membeli jadi di toko). Ini tentunya sangat membantu kami dari sisi keuangan.

Untuk penampilan terakhir, kami memilih 14 anak untuk ber fashion show. Ini adalah pertunjukkan fashion show yang kedua di acara wisuda yang pernah kami adakan. Di pagelaran fashion show yang pertama, kostum yang kami gunakan adalah baju adat dan baju profesi. Tampak terlihat biasa karena kostum-kostum ini biasa dipakai saat karnaval 17an atau Hari Kartini. Di acara wisuda tahun ini, kami memang sengaja mencari tema unik, yang tak hanya berbeda tetapi juga ramah bagi isi dompet. Setelah beberapa hari menimbang-nimbang, saya akhirnya menemukan sebuah tema yang pas untuk fashion show kali ini. 

Temanya adalah LIBURAN SEKOLAH. Jadi para peserta fashion show memakai pakaian yang mereka miliki sendiri. Tak harus membeli baju baru. Bila tak ada, kami menyarankan mereka untuk meminjam milik temannya. Ada 14 anak yang dipasang-pasangkan. Satu pasang memakai kostum untuk ke pantai, satu lagi memakai kostum untuk ke kebun binatang, ada yang berekreasi ke gunung, sepasang anak laki-laki mengenakan kostum sepakbola, ada yang bermain bulutangkis, dan ada yang pergi memancing.

No comments:

Post a Comment