Sudah sekitar dua tahun saya
meninggalkan dunia kerja profesional. Menyesal? Ooo.. Tentu tidak. Saya merasa
banyak sekali pengalaman hidup yang saya dapatkan selepas pengunduran diri
saya. Beberapa pelajaran hidup inilah yang saya dapatkan dari orang-orang hebat
yang tidak sengaja saya temui. Orang-orang hebat yang bahkan tidak pernah
menyadari bahwa diri mereka telah menginspirasi orang di sekeliling mereka.
Hebat itu tidak perlu pengakuan
diri sendiri. Hebat itu tidak perlu dibesar-besarkan. Hebat itu tidak selalu
identik dengan sesuatu yang megah dan mewah. Sesuatu yang berawal dari kesederhanaan bisa
menjelma menjadi hal yang hebat bila dijalani melalui suatu proses panjang.
Seperti seorang ibu setengah baya
yang sebenarnya baru saja saya kenal minggu lalu melalui teman-teman guru PAUD
tempat saya mengajar. Dari PAUD sederhana ini saja saya telah mengenal orang-orang
hebat yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk berbagi dengan
anak-anak kurang beruntung.
PAUD yang berawal dari
kesederhanaan ini menjelma menjadi satu sarana pendidikan yang vital bagi
komunitas yang terpinggirkan di daerah itu. Anak-anak usia 5-7 tahun yang
tadinya tidak memiliki kesempatan untuk mencicipi aktivitas belajar-sambil-bermain
yang PAUD pada umumnya tawarkan, kini bisa tersenyum ceria menikmati indahnya
belajar bersama teman-teman sebaya. Mereka mungkin saja menghabiskan hari-hari mereka
membantu orang tuanya memulung sampah-sampah plastik, atau berlarian kesana
kemari tanpa arah sepanjang hari, atau mungkin juga membantu orang tua
berjualan di pinggir jalan, bila PAUD Komunitas Menara ini tidak digagas oleh
Pak Fuadi. Sesuatu yang hebat, pada kenyataannya, diawali dari sesuatu yang
sederhana.
Kembali ke cerita ibu setengah
baya tadi. Sebut saja namanya Ibu Nora. Beberapa tahun yang lalu, beliau pernah
mengajar di PAUD kami. Nah, minggu lalu kami mengunjungi beliau yang sedang terbaring
lemah akibat kecelakaan yang dialaminya saat menyeberang jalan. Ibu Nora
terpental dan jatuh tak sadarkan diri ketika sebuah sepeda motor menerabas di
antara kerumunan kendaraan yang sedang berhenti untuk memberikan Ibu Nora
kesempatan menyeberang jalan. Sungguh amat memprihatinkan melihat moral manusia
Indonesia sekarang ini. Bagaimana bisa seseorang memacu laju motornya ketika
dia melihat kendaraan lain sedang berjejer berhenti. Entah apa yang si
pengendara pikirkan saat itu. Nyawa seseorang sudah tak berharga lagi di jaman
edan ini.
Singkat cerita, Ibu Nora ini
ditolong oleh seorang sekuriti dan diantarkan pulang ke rumah. Tak ada anggota
keluarga yang datang menjemputnya di tempat kejadian perkara. Tak ada pula yang
membawanya ke Rumah Sakit sesaat setelah musibah itu terjadi. Sungguh malang
Ibu Nora.
Tetapi ternyata di balik segala
malapetaka yang telah menimpa dirinya, beliau menceritakan bagaimana besar
kuasa Tuhan atas hidupnya. Ceritanya di hari naas itu, Ibu Nora sedang
menyeberang jalan, hendak menuju suatu bank, ketika sebuah sepeda motor
menerobos dan menabraknya. Saat itu dia berencana untuk mengirimkan uang zakat.
Ketika beliau sadar dari pingsannya, hal yang pertama beliau lihat adalah
barang-barang miliknya yang berserakan karena tas hitam yang dijinjingnya
hancur. Seketika itu beliau teringat pada uang tunai yang tadinya akan beliau
sedekahkan. Ajaibnya, uang yang berjumlah tidak sedikit itu pun ditemukan utuh
tak jauh dari tempat Ibu Nora tergeletak. Sungguh suatu hal yang susah
dipercaya, mengingat banyak sekali kejadian di mana seseorang memanfaatkan
kesempatan di saat orang lain sedang mengalami kesusahan. Tidak hanya itu,
blackberry Ibu Nora pun ditemukan tergeletak di situ. Rupanya tidak ada seorang
pun yang berani menyentuh barang-barang kepunyaan beliau.
Setelah tersadar, Bu Nora pun
membereskan barang-barangnya. Sendirian. Keajaiban kedua terjadi. Bu Nora mampu
membereskan barang-barang miliknya sendiri, dalam keadaan sadar. Kemudian
beliau meminta bantuan sekuriti untuk menelepon ketiga anaknya. Tetapi tidak
ada seorangpun yang bisa datang menjemput ibunya saat itu juga. Terpaksa Bu
Nora meminta tolong sekuriti tersebut untuk mengantarnya pulang ke rumah.
Keajaiban ketiga terjadi. Begitu
sampai di pagar depan rumah, Bu Nora dengan segenap kekuatan yang tersisa di
tubuhnya, mampu membuka gembok pagarnya sendiri. Tanpa pertolongan siapapun.
Bu Nora ini adalah seorang
single-mother yang tinggal seorang diri. Anak-anaknya sudah berkeluarga semua
dan tinggal terpisah. Jadi Bu Nora sudah terbiasa hidup mandiri. Itulah mengapa
ketika terjadi kecelakaan, dan beliau diantar pulang, tidak ada satu orang pun
di rumahnya yang bisa membawa beliau langsung ke rumah sakit. Setelah beberapa saat,
anak-anaknya pun berdatangan. Hingga hari itu mereka semua memilih untuk
tinggal di rumah Ibu Nora. Menjaga dan merawat beliau.
Di sela-sela obrolan kami, Bu
Nora sempat berkata, "Mungkin yang membuat saya kuat sampai dengan hari
ini adalah anak-anak saya. Mereka sungguh anak-anak yang baik. Kalau ada orang
yang bilang bahwa memiliki anak perempuan jauh lebih 'menguntungkan' daripada
laki-laki karena perempuan lebih care dengan orang tua, menurut saya itu tidak
benar. Saya punya tiga anak laki-laki, yang saya besarkan seorang diri. Tetapi
saya tidak pernah merasa kehilangan kasih sayang mereka, meskipun mereka telah
berkeluarga."
Kemudian dia bercerita tentang
kisah hidupnya yang memilukan. Dia adalah seorang korban dari laki-laki yang
tidak bertanggung jawab. Suaminya pergi meninggalkannya demi seorang perempuan.
Pahitnya lagi, seluruh harta dan bisnisnya pun dirampasnya. Jadilah si ibu yang
malang ini berjuang sendiri membesarkan ketiga putranya.
Cermin kemandirian seorang Ibu
Nora ini adalah ketika dia memutuskan untuk tetap bekerja meskipun saat ini
anak-anaknya telah hidup mandiri dan bisa membiayai kebutuhan hidup ibunya. Hingga
sebelum kejadian naas itu, Ibu Nora masih aktif mengerjakan pesanan berbagai
macam hiasan untuk prosesi pernikahan adat Melayu. Saking besarnya jumlah
pesanan yang digarap, beliau sering meminta bantuan anak-anak dan menantunya.
Hebat sekali ibu yang satu ini.
"Saya harus bisa pulih dan
kembali beraktivitas secepat mungkin karena tidak selamanya anak-anak saya
menjaga saya di sini. Cepat atau lambat mereka harus kembali ke rumah
masing-masing dan menjalankan rutinitas mereka seperti sedia kala. Saya tak
bisa menggantungkan diri selamanya kepada anak-anak. Mereka sudah cukup repot
dengan kesibukan mereka mengurus rumah tangga dan bekerja."
Sungguh seorang ibu yang tidak
egois. Tak heran anak-anak dan menantunya begitu mencintainya.
Sekelumit cerita tentang Ibu Nora
ini menyadarkan kita bahwa banyak sekali orang-orang hebat di sekitar kita.
Orang-orang yang mengajarkan kita arti hidup sebenarnya.
No comments:
Post a Comment