Translate

28 Sept 2013

Pelajaran Hidup dari Seorang Ibu Paruh Baya



Sudah sekitar dua tahun saya meninggalkan dunia kerja profesional. Menyesal? Ooo.. Tentu tidak. Saya merasa banyak sekali pengalaman hidup yang saya dapatkan selepas pengunduran diri saya. Beberapa pelajaran hidup inilah yang saya dapatkan dari orang-orang hebat yang tidak sengaja saya temui. Orang-orang hebat yang bahkan tidak pernah menyadari bahwa diri mereka telah menginspirasi orang di sekeliling mereka.

Hebat itu tidak perlu pengakuan diri sendiri. Hebat itu tidak perlu dibesar-besarkan. Hebat itu tidak selalu identik dengan sesuatu yang megah dan mewah.  Sesuatu yang berawal dari kesederhanaan bisa menjelma menjadi hal yang hebat bila dijalani melalui suatu proses panjang.

Seperti seorang ibu setengah baya yang sebenarnya baru saja saya kenal minggu lalu melalui teman-teman guru PAUD tempat saya mengajar. Dari PAUD sederhana ini saja saya telah mengenal orang-orang hebat yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk berbagi dengan anak-anak kurang beruntung.


PAUD yang berawal dari kesederhanaan ini menjelma menjadi satu sarana pendidikan yang vital bagi komunitas yang terpinggirkan di daerah itu. Anak-anak usia 5-7 tahun yang tadinya tidak memiliki kesempatan untuk mencicipi aktivitas belajar-sambil-bermain yang PAUD pada umumnya tawarkan, kini bisa tersenyum ceria menikmati indahnya belajar bersama teman-teman sebaya. Mereka mungkin saja menghabiskan hari-hari mereka membantu orang tuanya memulung sampah-sampah plastik, atau berlarian kesana kemari tanpa arah sepanjang hari, atau mungkin juga membantu orang tua berjualan di pinggir jalan, bila PAUD Komunitas Menara ini tidak digagas oleh Pak Fuadi. Sesuatu yang hebat, pada kenyataannya, diawali dari sesuatu yang sederhana.

Kembali ke cerita ibu setengah baya tadi. Sebut saja namanya Ibu Nora. Beberapa tahun yang lalu, beliau pernah mengajar di PAUD kami. Nah, minggu lalu kami mengunjungi beliau yang sedang terbaring lemah akibat kecelakaan yang dialaminya saat menyeberang jalan. Ibu Nora terpental dan jatuh tak sadarkan diri ketika sebuah sepeda motor menerabas di antara kerumunan kendaraan yang sedang berhenti untuk memberikan Ibu Nora kesempatan menyeberang jalan. Sungguh amat memprihatinkan melihat moral manusia Indonesia sekarang ini. Bagaimana bisa seseorang memacu laju motornya ketika dia melihat kendaraan lain sedang berjejer berhenti. Entah apa yang si pengendara pikirkan saat itu. Nyawa seseorang sudah tak berharga lagi di jaman edan ini.

Singkat cerita, Ibu Nora ini ditolong oleh seorang sekuriti dan diantarkan pulang ke rumah. Tak ada anggota keluarga yang datang menjemputnya di tempat kejadian perkara. Tak ada pula yang membawanya ke Rumah Sakit sesaat setelah musibah itu terjadi. Sungguh malang Ibu Nora.

Tetapi ternyata di balik segala malapetaka yang telah menimpa dirinya, beliau menceritakan bagaimana besar kuasa Tuhan atas hidupnya. Ceritanya di hari naas itu, Ibu Nora sedang menyeberang jalan, hendak menuju suatu bank, ketika sebuah sepeda motor menerobos dan menabraknya. Saat itu dia berencana untuk mengirimkan uang zakat. Ketika beliau sadar dari pingsannya, hal yang pertama beliau lihat adalah barang-barang miliknya yang berserakan karena tas hitam yang dijinjingnya hancur. Seketika itu beliau teringat pada uang tunai yang tadinya akan beliau sedekahkan. Ajaibnya, uang yang berjumlah tidak sedikit itu pun ditemukan utuh tak jauh dari tempat Ibu Nora tergeletak. Sungguh suatu hal yang susah dipercaya, mengingat banyak sekali kejadian di mana seseorang memanfaatkan kesempatan di saat orang lain sedang mengalami kesusahan. Tidak hanya itu, blackberry Ibu Nora pun ditemukan tergeletak di situ. Rupanya tidak ada seorang pun yang berani menyentuh barang-barang kepunyaan beliau.

Setelah tersadar, Bu Nora pun membereskan barang-barangnya. Sendirian. Keajaiban kedua terjadi. Bu Nora mampu membereskan barang-barang miliknya sendiri, dalam keadaan sadar. Kemudian beliau meminta bantuan sekuriti untuk menelepon ketiga anaknya. Tetapi tidak ada seorangpun yang bisa datang menjemput ibunya saat itu juga. Terpaksa Bu Nora meminta tolong sekuriti tersebut untuk mengantarnya pulang ke rumah.

Keajaiban ketiga terjadi. Begitu sampai di pagar depan rumah, Bu Nora dengan segenap kekuatan yang tersisa di tubuhnya, mampu membuka gembok pagarnya sendiri. Tanpa pertolongan siapapun.

Bu Nora ini adalah seorang single-mother yang tinggal seorang diri. Anak-anaknya sudah berkeluarga semua dan tinggal terpisah. Jadi Bu Nora sudah terbiasa hidup mandiri. Itulah mengapa ketika terjadi kecelakaan, dan beliau diantar pulang, tidak ada satu orang pun di rumahnya yang bisa membawa beliau langsung ke rumah sakit. Setelah beberapa saat, anak-anaknya pun berdatangan. Hingga hari itu mereka semua memilih untuk tinggal di rumah Ibu Nora. Menjaga dan merawat beliau.

Di sela-sela obrolan kami, Bu Nora sempat berkata, "Mungkin yang membuat saya kuat sampai dengan hari ini adalah anak-anak saya. Mereka sungguh anak-anak yang baik. Kalau ada orang yang bilang bahwa memiliki anak perempuan jauh lebih 'menguntungkan' daripada laki-laki karena perempuan lebih care dengan orang tua, menurut saya itu tidak benar. Saya punya tiga anak laki-laki, yang saya besarkan seorang diri. Tetapi saya tidak pernah merasa kehilangan kasih sayang mereka, meskipun mereka telah berkeluarga."

Kemudian dia bercerita tentang kisah hidupnya yang memilukan. Dia adalah seorang korban dari laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Suaminya pergi meninggalkannya demi seorang perempuan. Pahitnya lagi, seluruh harta dan bisnisnya pun dirampasnya. Jadilah si ibu yang malang ini berjuang sendiri membesarkan ketiga putranya.

Cermin kemandirian seorang Ibu Nora ini adalah ketika dia memutuskan untuk tetap bekerja meskipun saat ini anak-anaknya telah hidup mandiri dan bisa membiayai kebutuhan hidup ibunya. Hingga sebelum kejadian naas itu, Ibu Nora masih aktif mengerjakan pesanan berbagai macam hiasan untuk prosesi pernikahan adat Melayu. Saking besarnya jumlah pesanan yang digarap, beliau sering meminta bantuan anak-anak dan menantunya. Hebat sekali ibu yang satu ini.

"Saya harus bisa pulih dan kembali beraktivitas secepat mungkin karena tidak selamanya anak-anak saya menjaga saya di sini. Cepat atau lambat mereka harus kembali ke rumah masing-masing dan menjalankan rutinitas mereka seperti sedia kala. Saya tak bisa menggantungkan diri selamanya kepada anak-anak. Mereka sudah cukup repot dengan kesibukan mereka mengurus rumah tangga dan bekerja."

Sungguh seorang ibu yang tidak egois. Tak heran anak-anak dan menantunya begitu mencintainya.   

Sekelumit cerita tentang Ibu Nora ini menyadarkan kita bahwa banyak sekali orang-orang hebat di sekitar kita. Orang-orang yang mengajarkan kita arti hidup sebenarnya.

No comments:

Post a Comment